
Sumatera Barat, – Sulit Air, X Koto Diatas – Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Sulit Air — nama yang sarat makna dan sejarah. Dahulu, istilah “sulit air” dalam bahasa Indonesia sering dimaknai sebagai bentuk kompromi yang sulit karena masyarakatnya sangat menjunjung tinggi hukum adat.
Hal ini mencerminkan karakter masyarakatnya yang teguh memegang aturan dan nilai-nilai tradisional, di mana setiap keputusan diambil berdasarkan musyawarah adat yang penuh kehormatan.
Kini, Sulit Air dikenal bukan hanya karena kekuatan adatnya, tetapi juga karena keindahan alam dan kekayaan budaya yang masih terjaga.
Nagari ini terletak di Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok, Sumatera Barat, dengan luas sekitar 80 km² dan jumlah penduduk mencapai 10.503 jiwa.
Sejak dahulu, Sulit Air telah menjadi pusat pemerintahan bagi 13 jorong, sekaligus menjadi sentra ekonomi, agama, pendidikan, dan kebudayaan di wilayah sekitarnya.

“Pesona Alam dan Warisan Budaya“
Salah satu daya tarik utama Sulit Air adalah Gunung Merah-Putih — sebuah gunung dengan tebing curam vertikal yang memiliki warna merah di sisi kiri atas dan putih di sisi kanan bawah, menyerupai bendera kebangsaan Indonesia. Untuk mencapai puncaknya, masyarakat membangun tangga yang dikenal dengan nama “Janjang Saribu”, yang berarti seribu anak tangga.
Dari atas, pengunjung dapat menikmati pemandangan menakjubkan hamparan alam Solok yang hijau dan tenang.Tak jauh dari sana, berdiri megah Titi Bagonjong, sebuah jembatan unik yang melintasi Sungai Katialo di jantung nagari. Jembatan ini memiliki atap bergonjong seperti Rumah Gadang, menjadi ikon arsitektur khas Minangkabau yang memadukan fungsi dan estetika.
Pada era 1980-an, Masjid Raya Sulit Air dikenal sebagai salah satu masjid terindah di Sumatera Barat. Arsitekturnya yang anggun dan suasananya yang religius membuatnya menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakat setempat.
Selain itu, terdapat pula Rumah Gadang 20, rumah adat yang memiliki 20 ruang — menjadikannya Rumah Gadang terpanjang di Sumatera Barat dan simbol kejayaan adat Minangkabau di masa lampau.

“Kehidupan Sosial dan Diaspora Sulit Air“
Kehidupan masyarakat Sulit Air terkenal dengan semangat gotong royong dan solidaritas tinggi. Tak heran jika semangat itu turut terbawa hingga ke perantauan.
Sejak tahun 1972, terbentuklah organisasi Sulit Air Sepakat (SAS) — wadah bagi para perantau asal Sulit Air yang kini memiliki lebih dari 80 cabang di seluruh Indonesia dan beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, Australia, dan Amerika Serikat.
Organisasi ini menjadi perekat hubungan antarwarga Sulit Air di perantauan serta jembatan untuk membantu pembangunan kampung halaman.

“Kunjungan ke Sulit Air“
Beberapa waktu lalu, kami bersama tim berkesempatan mengunjungi Nagari Sulit Air. Setiap sudut nagari ini menyimpan cerita — dari balerong adat tempat musyawarah digelar, hingga panorama alam yang menenangkan hati.Sulit Air bukan hanya sekadar nama, melainkan cerminan kearifan lokal yang terus hidup di tengah arus modernisasi. (Tim)
