Dialog Plato dan muridnya di akademi.
Plato: Bagaimana menurut kalian, apakah kebahagiaan bisa dipahami tanpa penderitaan?
Seorang muridpun menjawab: Guru, kebahagiaan adalah saat-saat ketika kita merasa senang dan puas.
Apakah itu tidak cukup untuk memahami kebahagiaan?
Plato: Memang benar, tetapi mari kita gunakan sebuah contoh untuk memperjelas.
Bayangkanlah kalian hidup di sebuah dunia di mana hanya ada cahaya tanpa kegelapan.
Apakah kalian bisa memahami apa itu cahaya tanpa mengetahui kegelapan?
Sang Murid menjawab : Tidak, Guru. Tanpa kegelapan, kita tidak akan tahu apa itu cahaya.
Plato: Tepat sekali, Kegelapan memberi kita konteks untuk memahami dan menghargai cahaya. Begitu pula dengan penderitaan dan kebahagiaan.
Penderitaan memberikan kita konteks untuk benar-benar menghargai kebahagiaan.
Murid lain menjawab: Jadi, Guru, apakah penderitaan itu penting?
Plato: Penderitaan adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan.
Melalui penderitaan, kita belajar tentang kekuatan dan ketahanan kita.
Seperti pohon yang tumbuh lebih kuat setelah diterpa badai, jiwa kita juga tumbuh lebih kuat setelah menghadapi penderitaan.
Muridpun melanjutkan: Apakah ini berarti kita harus mencari penderitaan untuk menemukan kebahagiaan?
Plato: Tidak, mencari penderitaan bukanlah tujuannya.
Namun, ketika penderitaan datang, kita harus menerimanya dan belajar darinya.
Seperti seorang pandai besi yang menempa besi panas menjadi pedang yang kuat, penderitaan menempa jiwa kita menjadi lebih bijaksana dan kuat.
Murid: Tapi, Guru, bagaimana kita bisa menemukan kebahagiaan dalam penderitaan?
Plato: Pikirkan penderitaan sebagai musim dingin.
Meskipun dingin dan keras, musim dingin juga membawa air yang diperlukan untuk kehidupan di musim semi.
Dalam penderitaan, kita menemukan kedalaman dan makna yang membuat kebahagiaan lebih manis ketika akhirnya tiba.
Murid: Jadi, melalui penderitaan, kita belajar untuk lebih menghargai kebahagiaan?
Plato: Benar sekali. Penderitaan adalah guru yang keras, tetapi pelajarannya adalah yang paling berharga.
Ingatlah, kebahagiaan sejati tidak hanya ditemukan dalam ketiadaan penderitaan, tetapi dalam cara kita menghadapinya dan tumbuh darinya.
Murid: Terima kasih, Guru. Sekarang aku mengerti bahwa penderitaan dan kebahagiaan adalah dua sisi dari koin yang sama.
Tanpa satu, kita tidak bisa sepenuhnya memahami yang lain.
Plato: Kalian benar. Ingatlah selalu, kita hanya memahami nilai kebahagiaan setelah merasakan penderitaan.
Ini adalah bagian dari perjalanan hidup kita, yang membawa kita lebih dekat kepada kebijaksanaan dan kedamaian sejati.
Plato menjelaskan bagaimana penderitaan dan kebahagiaan saling melengkapi dan memberi makna satu sama lain, sama seperti kegelapan dan cahaya.
Filosofi ini mengajarkan bahwa melalui penderitaan, kita bisa menemukan kebahagiaan yang lebih mendalam dan bermakna. (Plato filsuf Yunani kuno).